WA, REJANG LEBONG – Beberapa tahun terakhir, kopi menjadi salah satu produk kuliner yang banyak digemari masyarakat . Kondisi ini bermanfaat bagi pemilik usaha kecil dan menengah yang berjuang di industri kopi.
Berbeda dengan bisnis UMKM yang dijalankan Supriadi, anggota usaha UMKM Kopi Lestari, Supriyadi membuktikan mampu menjual hingga 1,4 ton Kopi Lestasi yang kemudian didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia.
Berbicara pada pertemuan di Desa IV Suku Menanti Kecamatan Sindang Daratan Kabupaten Rejan Lebong, Bapak Supriyadi menyampaikan bahwa kopi Lestasi juga menjadi kopi terlaris kedua pada Festival Kepulauan Koi Indonesia (JakreatiFest) 2022.
Yang dilaksanakan pada 16-18 Juni 2022, Kopi Lestari mampu terjual hingga 560 kilogram hanya dalam 3 hari.
“Untuk biji kopi kering atau green beans, setiap bulannya sekitar 600 kg produk dikirim ke Jakarta, kemudian 200 kg dikirim ke kota Bengkulu. Setelah itu, 500 kg produk berupa green bean dan bubuk kopi dikirim ke Jakarta setiap bulannya, 60kg akan dikirim ke Kota Palembang dalam bentuk kopi bubuk, ”ujarnya.
Produk Kopi Lestari yang dikelola Supriyadi ini sejak 2018 lalu menjadi binaan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Bengkulu dan telah menerima bantuan alat produksi seperti mesin roasting, mesin pulper (pengupas kulit buah kopi), mesin huller.
Dan pada tahun 2019, ia bersama petani lainnya mendapat dukungan dari perwakilan BI di Bengkulu berupa pembangunan gedung kering Badan Usaha Pertanian (BUMP) yang mengikutsertakan tiga kelompok tani.
Pembangunan gedung pengeringan kopi berlangsung di delapan lokasi yang tersebar di beberapa kelompok tani lainnya. Dan pada tahun 2023, mendapat dukungan berupa pembangunan rumah produksi.
Kopi Bubuk berkelanjutan tidak hanya meningkatkan produksi, namun juga peduli terhadap lingkungan. Mereka secara kreatif memanfaatkan limbah kulit kopi dan mengubahnya menjadi pakan ternak, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan.
Prestasi kopi bubuk lestari semakin dikenal dan diakui sebagai desa wisata pertama oleh GBWI. Produknya diterima dengan baik di pasar dan tersebar di 125 kios di berbagai daerah seperti Rejang Lebong, Lubuk Lingau, Tebing Tinggi, dan kota-kota besar seperti Bengkulu, Jakarta, Depok, Bekasi dan Tegal.
Kopi bubuk berkelanjutan berkembang pesat namun masih kesulitan mendapatkan pijakan di pasar ekspor. Tantangan terbesarnya adalah peraturan ekspor yang mengharuskan kadar air kurang dari 13 derajat Celcius, meski mayoritas kopi yang diproduksi masih memiliki kadar air sekitar 20 persen.
Terlepas dari semua keberhasilan dan tantangan tersebut, Kopi Bubuk Lestari tetap setia pada visinya untuk menjaga keberlanjutan kopi yang berkualitas kepada masyarakat setempat.(*)
Penulis : Septia Agustina
Editor : Tiwi Supiah
Sumber Berita : Liputan